Rahim Pengganti

Bab 121 "Kontraksi"



Bab 121 "Kontraksi"

0Bab 121     
0

Kontraksi     

Nafas keduanya masih memburu, kedua pasangan suami istri itu baru saja melakukan tugasnya. Namun, ada sesuatu hal terjadi malam di mana kedua nya di jebak, nyata tidak terjadi apa apa di antara mereka.     

Ya, kejadian semalam adalah yang pertama untuk Tante Elsa, Om Arga yang sudah berpengalaman terkejut mengetahui hal itu. Namun, hal tersebut membuat kedua bahagia bahwa tidak ada dosa yang terjadi sebelumnya. Kejadian itu benar benar membuat mental kedua nya terusik, kejadian yang tidak diinginkan itu selalu menjadi beban pikiran kedua.     

Tapi hal itu tidak terjadi, dan keduanya tidur sambil berpelukan semu merah di pipi Tante Elsa membuat Om Arga gemas, sudah selama 8 tahun Om Arga menjadi duda. Dan ketika dirinya menikah dahulu, bukan menjadi orang pertama untuk istri dan ketika bersama dengan Tante Elsa membuat debaran jantung Om Arga seolah ingin lepas karena hal itu.     

Bahagia, sudah pasti sangat bahagia dirinya bisa mendapatkan apa yang dia inginkan. Di liriknya sang istri yang sudah terlelap dan ia kecup dahinya cukup lama senyum kebahagian itu tercetak di sana.     

"Good night sweetie," ucapnya sembari ikut menutup matanya.     

Tante Elsa yang sengaja menutup matanya, mengulum senyuman wanita itu sangat amat bahagia mendapatkan pasangan yang begitu luar biasa. Om Arga adalah pilihan yang tepat, meskipun cara keduanya bertemu sedikit anti-mainstream. Tapi Tante Elsa bersyukur, malam itu di antara mereka tidak terjadi sesuatu hal.     

***     

Pagi hari nya, semua orang sudah berada di restoran hotel menikmati sarapan pagi, Carissa hanya diam saja, wanita itu sedikit merasakan hal yang tidak enak di perut nya membuat nya, tidak nyaman untuk bergerak. Tapi Carissa masih berusaha untuk menahan nya, karena rasa sakit itu hanya sesekali.     

"Kamu kenapa sayang?" tanya Bian. Pria itu, melihat perubahan ekspresi wajah Carissa yang berubah dan terlihat tidak nyaman. Caca melihat ke arah suami nya, lalu menampilkan ekspresi wajah yang baik baik saja. Tapi Bian tidak percaya, pria itu lalu mendekati Carissa mengusap perut buncitnya lalu menatap penuh tanya. "Aku baik baik saja Mas, kamu tenang aja. Hanya saja, si adek emang lagi aktif aktifnya," jelas Carissa. Bian, menganggukkan kepalanya lalu kembali duduk di samping istrinya.     

Tak lama kedua pengantin baru, yang sudah sejak tadi ditunggu, akhirnya datang juga. Senyum manis terbit di wajah kedua nya masing masing. Melihat hal itu membuat, ide jahil Bian muncul.     

"Beda yang sudah halal, tersenyum mulu. Sudah seperti, dunia milik berdua," ucapnya.     

Mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Biab, membuat Tante Elsa memutar mata nya malas. Kedua nya, selalu saja seperti itu Tante dan keponakan itu selalu saja tidak pernah akur dalam segala hal. Tapi meskipun seperti itu, kedua selalu kompak dalam banyak hal juga. Tante Elsa mendekati Bian dan memukul tangan keponakannya, akibat kesal dengan apa yang diucapkan oleh Bian.     

"Tante sakit!!" pekiknya kesal, Bian tidak menyangka jika tante nya itu bisa bersikap seperti ini.     

"Bodo. Tante kesal banget, sama kamu."     

Setelah itu Elsa langsung menarik tangan suaminya, dan duduk di dekat Siska dan Bunda Iren. Bian yang ingin membalas ucapan dari Tante Elsa di urungkan, karena Carissa langsung menggelengkan kepala nya. Predikat suami takut istri terlihat dengan sangat jelas saat ini. Bian hanya bisa menghela nafas nya berat.     

Mereka semuanya pun makan dengan tenang, tidak ada sedikit gangguan dari perdebatan Bian dan Tante Elsa yang sering terjadi. Sesekali celotehan yang di berikan oleh Melody menghiasi ruangan ini.     

"Kalian mau bulan madu di mana?" tanya Mama Arga. Mendengar hal itu membuat Om Arga dan Tante Elsa saling memandang satu dengan lainnya, sambil tersenyum dengan jelas.     

"Kalau saya ikut Elsa saja Ma. Mau di mana dan kapan saja," jawab Om Arga.     

Oma Dewi yang mendengar perkataan anaknya yang begitu kaku, hanya bisa menggelengkan kepalanya. Sungguh Dewi tidak mengenai dengan sang anak yang begitu formal.     

"Sa. Arga bicara juga seperti ini sebelumnya? Pake kata 'saya' 'sayaan' seperti ini?" tanya Dewi. Elsa bingung harus menjawab seperti apa, karena memang keduanya masih sering kaku dalam berkomunikasi. Keduanya hanya saling melirik satu dengan lainnya.     

"Memang ada yang salah Ma? Perasaan apa yang saya katakan tidak ada yang salah," ujar Arga kembali.     

"Sa … kalau Arga masih formal seperti mau kamar kerja, kamu timpuk aja pake bantal. Biar otak nya gak miring. Sama istri sendiri, masa formal banget. Mama udah sering bilangin sama dia, cuma dasar suami kamu itu bikin emosi dan kesal," ucap Mama Dewi     

Tante Elsa hanya tersenyum, wanita itu tidak tahu harus berbuat seperti apa yang jelas saat ini dia hanya bisa diam saja. Mendengar hal itu membuat Arga hanya menghela nafas nya kesal, sedangkan yang lain menahan tawa nya terutama Bian. Pria itu seolah memiliki banyak cara untuk bisa menggoda Om dan Tante nya itu.     

Selesai sarapan mereka tidak langsung bubar tapi masih membahas beberapa hal. Apa lagi Opa Yudha, Papa Arga yang begitu semangat bercerita dengan Bian kedua nya sama sama ambisius dan suka dengan banyak nya tantangan.     

"Mbak!!" panggil Tante Elsa. Bunda Iren, segera menoleh ke arah Elsa.     

"Kenapa," jawabnya. Tante Elsa bingung harus menjawab apa. Tapi dirinya harus, mengatakan apa yang terjadi. Tante Elsa tidak ingin, semua orang mengira mengenai hal buruk.     

"Ternyata kejadian itu tidak pernah terjadi mbak," ucap Tante Elsa. Bunda Iren bingung dengan maksud yang di ucapkan oleh Tante Elsa. Wanita itu terdiam, mencoba memikirkan apa yang diucapkan oleh Elsa.     

"Maksud kamu, kejadian yang terjadi di antara kalian?" tanya Bunda Iren. Tante Elsa menganggukan kepalanya, wanita itu sedikit menaikkan nada bicara nya sehingga membuat semuanya menoleh ke arah mereka.     

Oma Dewi, jadi penasaran dengan apa yang di terjadi. Melihat hal itu membuat semua pasang mata menatap Tante Elsa mencari tahu, kenapa bunda Iren bisa seperti itu.     

Hingga akhirnya, Oma Dewi mendesak untuk menceritakan semua yang terjadi, Om Arga dan juga Tante Elsa saling pandang satu dengan lainnya. Kedua nya memang sudah sepakat akan, mengatakan hal sejujurnya kepada mereka semua nanti. Hanya saja, sepertinya istrinya itu tidak bisa menyimpan terlalu lama.     

Om Arga mulai menjelaskan semuanya. Opa Yudha dan Oma Dewi syok, dan juga kaget yang menjadi penyebab kedua nya menikah. Namun, ketika Om Arga juga menjelaskan bahwa dirinya sudah sangat lama menyimpan perasaan kepada Elsa membuat raut wajah Elsa kembali merah. Wanita itu tidak menyangka jika selama ini perasaan yang dirinya rasa kan juga dirasakan oleh Arga.     

***     

Mobil yang dikendarai oleh Bian, sudah terparkir dengan rapi di depan lobby hotel. Carissa dan Siska serta Bunda Iren segera masuk sebelumnya mereka pamit kepada kedua orang tua Arga yang sedang menunggu sopir mereka.     

"Oma kami dulu ya," ucap Carissa.     

"Hati hati di jalan ya, nak. Perut kamu itu bikin, Oma merinding lihat nya," ujar Oma Dewi. Carissa menganggukkan kepalanya, lalu Siska juga pamit, di susul oleh Bunda Iren.     

"Iren pulang ya Ma. Hati hati," ucapnya. Om Dewi seolah bertemu kembali dengan anak yang dia rindukan, anak yang hilang belasan tahun lalu. Arga memiliki seorang kakak yang hilang di culik oleh orang yang tidak di kenal.     

"Sama sama kamu hati hati juga ya," ucapnya.     

Mereka kemudian masuk ke dalam mobil, Siska langsung duduk di bangku depan. Sedangkan Carissa di belakang, ibu hamil itu ingin menyandarkan badannya. Melody yang sebelumnya duduk di depan pintu ke belakang, bulan karena tidak mau di pangku oleh Siska tapi karena anak itu ingin selalu dekat dengan Carissa.     

Kedua pasangan pengantin baru, itu masih berada di hotel. Kedua nya menghabiskan waktu selama 3 hari depan, semua karena Oma Dewi yang memesan kamar selama itu, Elsa dan juga Arga hanya menganggukkan kepalanya. Ingin protes saja tidak bisa, karena Oma Dewi akan terus mengumel Sepanjang jalan kenangan kita hal itu terjadi.     

Di atas ranjang yang sama, kedua nya tidur sambil berpelukan tidak ada lagi rasa canggung di antara kedua nya. Tante Elsa lebih posesif memeluk Om Arga, tangan lembut itu mengusap kepala sang istri begitu penuh kasih sayang.     

"Mas!!" panggilnya. Om Arga menoleh ke arah istrinya yang juga menatapnya. "Kenapa? Ada yang saya pelu bantu," balas Om Arga.     

"Jangan kaku gini dong. Aku udah berusaha buat gak seperti biasa nya. Mas Arga juga ya," balas Tante Elsa. Om Arga tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh istrinya hingga akhirnya pria itu cukup lama terdiam. Dan mengerti dengan apa yang di ucapkan oleh istrinya.     

Berbeda dengan Arga dan Elsa yang sedang bermesraan, Carissa sejak tadi mengusap perutnya anak di dalam sana sering aktif membuat Carissa meringkus kesakitan.     

"Bunda lihat aktif banget Ca," ucapnya.     

"Iya Bund. Dari semalam udah aktif, apa karena udah mau lahir itu ya, jadinya dia lebih aktif dari biasanya."     

"Bisa aja. Jadi dia lagi cari jalan untuk keluar. Kamu mau normal atau operasi lagi?"     

"Kalau mau nya normal Bun. Cuma karena Melody kemarin ceasar aku ikutin gimana bagus nya saja. Karena dokter yang lebih tahu gimana kondisi aku nanti nya, takut nya maksa untuk normal eh aku nya yang gak bisa kasih si adek," jelas Caca. Mendengar penjelasan itu membuat Bunda Iren sangat bangga dengan Carissa bukan hanya diri nya. Tapi Bian yang mendengar hal itu juga, Bian sungguh beruntung bisa bertemu dan dipertemukan dengan wanita hebat ini, wanita yang sudah rela mengandung anaknya.     

Melewati banyak hal yang terjadi, dan Bian sangat bersyukur Tuhan memberikan kebaikan yang sangat luar biasa untuk rumah tangga nya. Meskipun, ada banyak halangan dan rintangan yang menghadang bahkan untuk bisa ada di titik ini, perjuangan mereka sangat panjang.     

***     

Sesampainya di rumah mereka segera masuk ke dalam kamar nya masing masing. Melody sangat senang bisa pulang, anak itu tidak suka hotel atau tempat asing. Tapi jika di ajak liburan melihat pantai, Melody akan sangat bahagia.     

"Masih sering gerak?" tanya Bian. Carissa menganggukkan kepalanya. Wanita itu tidak lagi berbohong dengan apa yang dia rasakan. Karena Carissa tahu, hal seperti ini harus diri nya bagi bersama sang suami.     

"Kamu istirahat aja ya. Jangan banyak gerak kalau butuh sesuatu bilang sama Mas. Nanti Mas yang ambilkan semuanya," ucap Bian lagi.     

"Terima kasih Mas," jawabnya. Carissa lalu menidurkan diri nya di atas tempat tidur. Sedangkan Bian, mengambil koper yang mereka bawa dan mengeluarkan semua isi dari koper tersebut.     

Seseorang menuruni anak tangga dengan sedikit terburu buru. Bunda Iren yang sedang berada di dapur menoleh ke arah belakang, terlihat Siska yang berjalan dengan tergesa-gesa ke arah nya. Ekspresi wajahnya juga sedikit tidak baik, wanita itu sangat yakin jika ada sesuatu hal yang terjadi hingga membuat Siska seperti ini.     

"Ada apa?" tanya bunda Iren langsung. Siska menatap ke arah wanita itu. Lalu menjelaskan semuanya yang terjadi, salah satu pegawai Cafe Cemara ada yang mengalami kecelakaan saat akan pergi menuju cafe, dan orang itu tinggal seorang diri di kota ini. Sebagai seorang owner yang bertanggung jawab, Siska harus membantu karyawan nya.     

Tubuh nya lelah karena banyak, hal yang mereka lakukan. Namun, tidak mungkin dirinya tidak pergi ke sana sedangkan orang itu sendirian di kota ini.     

"Ya sudah kamu hati hati. Nanti kabarin bunda bagaimana kondisi nya selanjut nya yaa. Info sama bunda juga, kamu pergi ke sana sendirian atau gimana?" tanya bunda Iren. Wanita itu kaget dengan apa yang diri nya dengar, kedua nya sama sama khawatir akan kondisi orang tersebut.     

"Mas Elang otewe ke sini Bun. Nanti sama dia," jawab Siska. Bunda Iren menganggukkan kepalanya, ada sedikit perasaan lega saat tahu siapa yang bersama Siska. Karena bunda Iren, mengenal bagaimana Siska jika sudah seperti ini, dirinya akan panik dan tidak terarah.     

***     

Siska dan Elang berada di sebuah rumah sakit, untunglah kondisi pegawainya tidak terlalu parah, bahkan sudah lebih baik. Hanya luka luka kecil yang terjadi, bukan hal serius. Siska juga menyarankan untuk di scan seluruh badan nya karena takut hal yang tidak diinginkan terjadi, dan setelah hasil tes keluar Siska bisa bernafas dengan legah.     

"Kamu istirahat saja. Tidak usah masuk kerja," ucap Siska.     

"Tapi saya tidak dipecat, kan Bu?" ucapnya. Mendengar hal itu membuat Siska bingung, kenapa pegawainya ini bisa berfikiran seperti itu. Bukankah, tidak ada ucapan yang mengatakan bahwa dirinya memecat seseorang.     

"Maaf bu … maaf sayang tidak bermaksud seperti itu, saya akan segera masuk kerja. Maaf sudah membuat ibu repot," ucapnya hal ini semakin membuat Siska bingung.     

"Kamu bicara apa. Tidak ada yang dipecat, kamu boleh istirahat supaya bisa sembuh. Saya gak ada bilang, mau pecat kamu. Udah sekarang kita pulang, supaya kamu bisa kembali pulih," balas Siska.     

Pegawainya itu hanya terdiam, mencernah setiap ucapan yang dilontarkan olehnya. Rasa bersyukur terus terucap dari mulutnya, karena sudah diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri. Siska hanya menganggukkan kepalanya, orang orang seperti ini akan selalu betah bekerjasama dengan dirinya.     

Setelah selesai mengantar pegawainya, Siska meminta di antar kembali ke rumah nya rasa nya saat ini dirinya ingin tidur karena rasa lelah yang begitu sangat.     

"Langsung pulang atau gimana?" tanya Elang.     

"Pulang aja Mas. Aku mau istirahat, capek banget rasanya," balas Siska. Mendengar hal itu membuat Elang menganggukan kepalanya lalu, mobil tersebut berjalan menuju jalan raya.     

***     

Malam harinya, Carissa sedang berada di dalam kamar mandi ketika rasa sakit yang begitu dalam terasa di perutnya.     

"Mas … mas … mas Bian tolong," teriak nya. Bian yang sedang tidur seketika langsung, terbangun dari tidur nya, dan pergi menuju kamar mandi di mana di sana sang istri sudah, terduduk di lantai sembari menahan rasa sakit yang luar biasa.     

"Astaga kamu kenapa. Kenapa bisa jadi seperti ini," ucap Bian panik. Pria itu lalu mencoba membawa istrinya ke atas tempat tidur, Bian membaringkan sang istri.     

"Sakit banget Mas," rintih Carissa. Mendengar rintihan itu semakin membuat Bian tidak karuan. Pria itu mondar mandir di depan Carissa, melihat hal tersebut semakin membuat Caca pusing. Wanita itu berteriak kesakitan, menimbulkan semua orang di dalam rumah langsung masuk ke kamar mereka.     

"Ya Allah Caca. Kamu kenapa nak?" tanya Bunda Iren.     

"Sakit Bund … sakit," jawab Carissa.     

"Bunda ini gimana apa yang harus dilakukan," ucap Bian panik. Bunda Iren yang melihat hal itu kaget, astaga di saat seperti ini bisa bisanya Bian terlihat tidak pintar.     

Bian segera menggendong istri nya dan membawa Carisaa menuju rumah sakit. Sedangkan Bunda Iren dan Siska akan menyusul setelah menyiapkan beberapa barang.     

Prediksi dokter Carissa akan lahiran pertengahan bulan depan tapi sekarang wanita itu sudah mengalami kontraksi.     

Selama di perjalanan, Bian selalu memberikan kekuatan untuk istrinya, di dalam mobil ketuban Carissa pecah sontak hal itu membuat pria itu semakin histeri. Untunglah ada Susi yang memberitahukan mengenai semuanya. Bahwa itu hal wajar jika seorang ibu akan melahirkan.     

"Cepat sedikit pak. Ini istri saya sudah mau melahirkan," ujar Bian. Sopir keluarga itu, segera menganggukan kepalanya saat ini jalanan licin, karena sebelumnya hujan turun cukup deras.     

Apa lagi kondisi hari sudah gelap, membuat sopir tersebut harus berhati hati dalam mengendarai mobil tersebut. Karena takut, sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi.     

Dua puluh lima menit berlalu, mobil tersebut sudah sampai di unit gawat darurat Bian segera meminta bantuan orang orang di sekitar. Suster dan juga petugas keamanan juga membantu, Carissa langsung di bawa ke dalam ruang tindakan.     

"Bapak tunggu sebentar biarkan ibu kami urus," ucap suster tersebut. Bian menganggukan kepalanya, pria itu berdiri dengan nafas yang tidak beraturan saat ini di dalam pikirannya adalah bagaimana kondisi sang istri dan anaknya harus baik baik saja.     

Rasa takut, menyelimuti pria itu diri nya tidak ingin ada sesuatu hal terjadi kepada sang istri dan juga anaknya. Dokter kandungan yang biasa memeriksa keadaan Carissa juga turut adil di sana. Dokter tersebut segera meminta rekan nya untuk memindahkan Caca ke ruangan.     

"Langsung masukan ke Anggrek 3 saja, pasien masih membutuhkan waktu untuk pembukaan," ucap sang dokter. Suster tersebut lalu pergi dan keluar dari dalam ruangan tersebut, melihat hal itu membuat Bian segera menghampiri tapi suster tersebut tidak bisa mengatakan bagaimana kondisi Carissa. Hal itu semakin membuat pikiran Bian tidak karuan, pria itu sangat takut akan sesuatu hal yang terjadi.     

Ceklek     

Ruangan Carissa terbuka, dokter yang biasa memeriksakan keadaan istrinya itu keluar, Bian kembali mendekati dokter itu bertanya bagaimana keadaan istrinya.     

"Bagaimana kondisi istri saya dokter?" tanya Bian dengan nada khawatir.     

"Carissa baik baik saja. Saat ini masih ada di pembukaan tiga, masih panjang perjalanan si jagoan. Kita akan pindahkan Caca ke ruangan ya, biar dia lebih nyaman," ucap dokter tersebut. Mendengar hal itu membuat Bian sedikit bernafas lega.     

"Terima kasih dokter," jawabnya. Dokter itu menganggukan kepalanya sebagai balasan ucapan yang dilontarkan oleh Bian, dan tak lama ranjang Carissa keluar. Bian lalu mengikuti para perawat itu membawa istrinya menuju ke ruangan rawat.     

***     

"Bunda ke sini bareng siapa? Kalau naik taksi online, mending kalian besok aja ke sini nya. Pak Udin dan Susi gak bisa di suruh pulang, mereka harus stay di sini, takut ada sesuatu hal yang dibutuhkan," ujar Bian.     

"Bunda sama Elang. Ini lagi tunggu dia, nanti kalau kita ke sana biar Pak Udin sama Susi pulang, kasihan Sumi di rumah. Biar pas Melody bangun ada Susi nantinya kalau bunda belum pulang," jawab Bunda Iren.     

"Oke, hati hati di jalan ya Bund."     

"Kamu harus kuat nak. Pasti bisa," ucap bunda Iren.     

Carissa menganggukan kepalanya, panggilan tersebut di akhiri dan Bian kembali meletakkan handphonenya di atas meja.     

"Masih sakit?" tanya Bian. Carissa hanya menganggukkan kepalanya, kontraksi demi kontraksi yang dirinya rasa kan sudah semakin sering, meskipun jarangnya sedikit jauh namun, hal itu masih membuat Carissa tidak nyaman bergerak ke kanan atau ke kiri.     

Bian dengan penuh cinta mengusap punggung Carissa pria itu benar benar menunjukkan sebagai anak siaga yang siap menjaga dan mengawal istri dan anak nya. Bian sudah tidak sabar bertemu dengan jagoan mereka, anak laki laki yang begitu di harapkan oleh Bian.     

Carissa awalnya takut, karena melihat suaminya yang begitu mengharapkan memiliki anak laki laki, dan nanti jika yang keluar perempuan itu pasti akan membuat Bian sedih. Namun, pria itu mengatakan jika nanti anaknya perempuan maka rasa sayang akan sama seperti rasa sayang kepada Melody.     

"Mas makan sate Padang enak sepertinya," ucap Carissa. Mendengar hal itu membuat Bian melotot tajam, diliriknya jam sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, masih adakah sate Padang di jam seperti ini. Namun, tidak mungkin Bian tidak memberikan apa yang diinginkan oleh sang istri.     

Diambilnya ponsel, dan Bian segera menelpon pak Udin untuk membelikan sate padang, senyum di bibir Carissa terbit wanita itu senang ketika mendengar suaminya segera mencari yang dia inginkan.     

" Susi di sini aja Mas. Suruh masuk, aja kamu istirahat aja. Biar Susi yang nemani aku," ucapnya.     

Bian lalu menyampaikan meminta Susi untuk masuk ke dalam ruangan. Carissa melakukan hal itu, sudah dirinya bisa ada teman cerita. Carissa tahu suaminya itu, sangat lelah apa lagi tadi ketika akan ke rumah sakit Bian sedang akan tidur.     

***     

Sate yang dibelikan oleh pak Udin sudah dihabiskan oleh Carissa. Sopirnya itu membelikan tiga porsi, sesuai request dari majikannya itu. Setelah mengantarkan sate tersebut, Carissa meminta mereka untuk pulang bertepatan dengan Bunda Iren dan Siska yang juga datang membawa beberapa kebutuhan si adek bayi.     

"Makan yang banyak, kamu butuh tenaga. Kalau mau makan apa bilang, biar bunda suruh Elang yang cari," ucap Bunda Iren. Bian yang mendengar hal itu langsung beranjak dari tempatnya.     

"Gak bisa gitu Bund, Caca istri aku. Anak di dal kandungannya anak aku, masa dia yang cari keinginan mereka," protes Bian. Bunda Iren hanya geleng geleng kepalanya, dengan tingkah laku Bian yang sangat luar biasa.     

###     

Bab besok siapkan tissue ya. Eh, emang bakalan sedih? Gak tahu juga ya, semoga nanti feel-nya dapat ya. Selamat membaca dan terima kasih, sehat terus guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.